
20 Desember 2009
SMAN 108 Jakarta Selatan, mengadakan metode pembelajaran baru yaitu, belajar outdoor interaksi langsung dengan alam. Sebagai objeknya, sekolah Aku mengambil lokasi di Tasikmalaya Bandung Jawa Barat. Kampung Naga. Sebuah kampung tradisional memiliki luas areal kurang lebih 4 ha. Secara administratif Kampung Naga termasuk kampung Legok Dage Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.
Waktu itu aku dan rombongan kelas XI SMAN 108 Jakarta, harus menuruni anak tangga yang berjumlah kurang lebih 350 dengan kemiringan 45 derajat. Oh My Godness... Untuk turun aja udah menghabiskan tenaga.. saat itu kita berpapasan dengan sekolah lain yang hendak pulang.
Desah napas mereka sudah tersenggal-senggal. Untungnya, di pertengahan jalan menuju Kampung Naga terdapat warung warung klontong lumayan lah buat isi energi.

Kampung Naga sangat menjaga Adat Leluhurnya, Sangat banyak pantangan yang harus diikuti. spooky... contohnya, Kampung Naga memiliki Hutan Terlarang dan beberapa sungai yang tidak diijinkan untuk digunakan.
Keindahan Kampung Naga tidak cukup diungkapkan dengan teori. "It Is a Lovely Scene". Mulai dari cara mengatur denah rumah sampai letak denah dalam rumahnya, semuanya diatur penuh arti. Semua rumah saling berhadapan bertujuan agar tetangga megontrol rumah tetangga lain bila terjadi musibah. Dapur berada di depan bertujuan jika ada kekurangan bahan masakan, terjadi kebakaran tetangga dapat membantu. Ruang pria dan wanita terpisah itu karena memang sudah menjadi adat turun temurun. Kata kuncen disitu, "ada wasiat, ada sebab, ada akibat" artinya jika sudah diberi peringatan jangan sampai dilanggar karena kita akan merasakan akibatnya. Kampung ini hanya memiliki 1 Masjid (seluruh penduduk Kampung Naga adalah islam) dan 1 bale pertemuan. Karena kampung ini non-listrik, jadi suara adzan tidak pernah terdengar dikampung ini. Hanya tabuhan bedug yang menandakan waktu Shalat tiba dan wajib berjamaah.
Sistem pengairan di Kampung Naga sangat bagus, disana tidak akan kehabisan air jernih. Secara berada di pegunungan, air tidak akan berhenti mengalir. Karena pengaruh sistem pengairan, mata pencaharian besar penduduk Kampung Naga adalah pertanian sawah. Hampir setiap penduduk juga memiliki kolam budidaya ikan Nila.
Uniknya, Kampung naga memiliki sawah yang berada di atas lereng, jadi harus menaiki tangga yang berasal dari tanah yang dibentuk tangga dan sangat licin.
Walaupun penduduk Kampung naga sangat tertutup dengan modernisasi, tetapi para tokoh tua Kampung Naga tidak mengingikan generasi muda dan penerusnya sampai tertinggal. Sudah banyak generasi muda Kampung Naga yang menjadi orang sukses pada bidang yang mereka tekuni.
Aku dan rombongan bertandang di Kampung Naga selama 3 hari. Waktu yang sangat singkat untuk bertandang. Tidak lengkap rasanya bila kita bertandang tanpa membawa kesan atau cindera mata. Penduduk Kampung mengisi waktu luangnya dengan membuat suatu kreatifitas seni berupa tas dari batok kelapa, sendal, kipas yang dapat dijadikan topi cantik, dan masih banyak lagi aksesoris yang bisa dijadikan pajangan rumah. Semua terbuat dari bahan tradisional dan proses pembuatannya pun manual.
Ini adalah Pengalaman Pertama yang banyak memberi manfaat dan membuka mata hati. Ternyata dalam kesederhanaan hidup terdapat jiwa yang menyatu sangat kuat. So.. Come to Kampung Naga and enjoy the Lovely scene.
Vranda :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar